Tempat Diskusi

Selamat Berdiskusi !
Silahkan mengisi komentar, diskusi, atau pemikiran Anda pada form kosong dibawah.

17 Komentar Add your own

  • 1. nas  |  Oktober 11, 2008 pukul 1:35 pm

    pak.. out of topic yah..
    sekarang kan lagi krisis amerika (krisis global).
    apa sih sebenarnya dampaknya buat ekonomi indonesia??
    especially buat segi bisnis di indonesia.
    soalnya masih agak-agak gak nyambung dengan berita-berita sekarang.
    terima kasih

    rizky supriadi:
    dampaknya (perkiraan skenario krisis ekonomi Indonesia) (semoga tidak terjadi) :
    (1) Investor asing pada menarik uangnya di Indonesia, karena membutuhkan likuiditas untuk usahanya di US.
    (2) akibatnya, banyak menjual saham2 di Indo, sebab itu yang paling likuid dan cepat.
    (3) kemudian dijadikan ke US dollar, ditarik ke US.
    (4) belum lagi ditambah orang2 Indo yang ikut2an panik, melakukan hal yang serupa, mungkin tidak dipindah ke US, tapi ke Singapore, Europ, dll.
    (5) Bank2 takut dana nasabah2nya ditarik mendadak secara besar2an. (rush).
    (6) makanya sekarang mengetatkan uang, untuk jaga2 hal itu tidak terjadi.
    (7) disamping itu suku bunga naik, bank stop beri kredit, atau sangat selektif, takut kredit macet.
    (8) kalo terjadi ruch, maka bank2 akan panik cari uang, berani ambil pinjaman jangka pendek dengan bunga berapapun.
    (9) akibatnya bunga simpanan bisa naik hingga 85%, seperti tahun 1997.
    (10) akibatnya, saat ini sudah terasa, terjadi tight money. Kekurangan likuiditas di pasar. Sebab di bekukan oleh bank2.
    (11) akibatnya sektor riil, susah untuk bergerak, sebab tidak dapet kredit. Ada uang pun, lebih baik ditabung dulu, dapet bunga lumayan, tanpa ada resiko. Sebab pasar juga berpikir sama, sehingga kalo terlalu optimis, susah target penjualan untuk tercapai. Terbukti target sales pada diturunkan.
    (12) ujung2nya, banyak perusahaan yang tidak punya pengaturan cash flow yang baik, akan tutup.
    (13) banyak PHK, banyak pengangguran, dll.

    dst… seperti bola salju yang berguling. Skenario dapat bergeser.
    Semoga tidak terjadi seperti skenario di atas.
    Sebab secara siklus, ekonomi Indonesia sedang merangkak naik.
    Tahun 2005-2006 lah krismon Indonesia. Sekarang ini krismon nya Amerika, tetapi kita tetap harus jaga2.
    Sebab duit di dunia pusatnya di US, Eropa, ditambah lagi sekarang ini China.

    Balas
  • 2. wida  |  Oktober 17, 2008 pukul 8:16 pm

    pak,, mau tanya..
    sebenarnya bisnis franchise itu menguntungkan atau tidak, karena setau saya banyak sekali prosedur dari pemilik franchise??
    apakah bagi pebisnis pemula,, franchise dapat digunakan sebagai tempat untuk belajar memulai bisnis??
    terima kasih..

    rizky supriadi:
    (semua yang saya sampaikan dibawah ini merupakan pengalaman dan pengamatan saya pribadi, tanpa bermaksud menyinggung pihak franchisor / franchisee manapun)

    Sebelumnya, Franchise system saya bedakan menjadi 2 cara :
    (1) Anda yang mengoperasikan bisnisnya.
    (2) Franchisor (penjual franchise) yang menjalankan bisnisnya (Anda seperti hanya investasi modal saja)

    Kedua system tersebut masih mengandung resiko.

    Cara nomor 2, Anda seperti investor modal.
    Semua kendali manajemen dan daily business unit usaha tersebut, berada ditangan franchisor (penjual franchise).
    Anda hanya akan mendapatkan profit sharing dari keuntungan unit business yang Anda miliki.

    Cara nomor 1, semua masa depan unit business Anda dan keberhasilannya, berada di tangan Anda sepenuhnya.
    Walaupun Anda sudah membeli franchise, tetap kesuksesan unit bisnis tersebut berada di tangan Anda.
    Jika Anda dapat memimpin/ menjalankannya dengan baik, maka akan berhasil / menguntungkan.
    Jika Anda tidak mampu, maka juga dapat rugi, atau bahkan bangkrut.
    Hanya saja, bedanya dengan Anda membuka sendiri usaha Anda, tanpa membeli franchise adalah Anda tidak perlu memikirkan system untuk bisnis tersebut dari nol.
    Pada dasarnya, Anda membeli franchise adalah membeli :
    (1) Brand Name. memulai bisnis yang sudah memiliki nama terkenal, akan jauh lebih mudah daripada merintis usaha dari nol, yang belum punya nama, dan belum dipercaya orang.
    (2) System Business. Anda tidak perlu memikirkan systemn untuk daily business, administrasi, aspek teknis, HRD, standard kualitas produk, dll. Anda tidak memulai usaha dari nol.
    (3) Group/ Network (jaringan kelompok). Dengan group Anda dapat memebeli bahan dengan lebih murah, saling membantu, bertukar informasi, dll.
    (4) Pelatihan. sebagian Anda perlu membayar lagi untuk pelatihan lebih lanjut.

    Selebihnya, tetap kembali kepada kemampuan Anda menjalankan bisnis.
    Bukan jaminan, jika Anda membeli franchise, pasti berhasil.
    Tetapi akan lebih mudah, jika Anda mulai berusaha dengan membeli franchise. Semua sudah tersedia, tanpa perlu Anda pikirkan, tinggal menjalankan saja. Anda tidak perlu memikirkan persiapan dan teknis, semua sudah dipikirkan dan disiapkan.

    Segi positif lain jika Anda membeli franchise, Anda akan mendapatkan training-training.
    Sehingga Anda tidak perlu mengalami jatuh bangun yang berat, seperti jika Anda membangun merk Anda sendiri.
    Setelah beberapa lama menjalankan usaha franchise, Anda pasti sudah memiliki ilmu dan pengalaman yang cukup untuk membuka usaha yang sama dengan merk / nama Anda sendiri.

    Jika Anda memilki pendapat yang berbeda / pemikiran lain, silahkan berdiskusi kembali.

    Balas
  • 3. Bima  |  Oktober 30, 2008 pukul 2:19 pm

    Pak, tampaknya ini tempat diskusi yang bagus. Saya ingin melihat kelayakan suatu bisnis dari aspek regulasi, bagaimana menganalisanya dan pandangan apa saja yang diperlukan ? terima kasih

    rizky supriadi:
    seharusnya untuk pertanyaan ini dijawab oleh orang yang ahli bagian legal, dan berbeda detailnya untuk tiap jenis usaha.
    Secara garis besar, untuk aspek legal / regulasi, suatu bisnis / proyek, tidak boleh malanggar aturan hukum yang ada.
    Bisnis / proyek tetap bisa dilaksanakan dengan tanpa melanggar legal.
    Contoh hal-hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan Layak tidaknya suatu bisnis / proyek dari Aspek Legal :
    – Bisnis Casino / perjudian, dari Aspek Keuangan = Layak, tapi dari Aspek Legal = Tidak diperbolehkan di Indonesia, maka Tidak Layak.
    – Bisnis Bar, Prostitusi, Pornografi (Web site, dll), Penggandaan / Bajakan, dll.
    – Dapat tidaknya bisnis memperoleh Ijin-ijin yang diperlukan dan sesuai ketetapan pemerintah, adat, lingkungan sekitar.
    – Ijin HO (ijin tetanggan kanan-kiri-belakang) bisa diperoleh atau tidak, misal untuk bisnis pabrik yang bising dan polusi tinggi di tengah-tengah pemukiman padat penduduk.

    Untuk informasi tentang poin-poin yang perlu dipertimbangkan dalam Aspek Legal, silahkan mendownload bahan kuliah berikut ini. Pertemuan 6 – Aspek Resiko Bisnis Ekonomi, Sos-Pol, Lingkungan, dan Yuridis.

    Balas
  • 4. Bima  |  November 10, 2008 pukul 10:55 am

    terimakasih atas jawaban dari pertanyaan sebelumnya. Setelah kita menganalisa dari berbagai aspek, lalu apa yang menjadi keputusan akhir bahwa bisnis itu bisa diterima atau tidak? seperti menggunakan SWOT saja, atau ada contoh lain ?

    rizky supriadi :
    Untuk sampai pada kesimpulan suatu bisnis / proyek dapat dikatakan “Layak”, kita perlu mengambil kesimpulan “Layak” pada setiap tahapan aspek-aspek yang dianalisa.
    – Pertama, kita perlu menganalisa, dan berkesimpulan “layak” pada aspek / analisa yang pertama kali, yaitu Aspek Pasar.
    – Setelah Aspek Pasar dikatakan Layak, kita lanjutkan dengan analisa Aspek Pemasaran, dan perlu kita sampai pula pada keputusan Layak. Bila pada analisa Aspek Pasar kita mengatakan “Tidak Layak”, maka kita perlu berpikir ulang untuk melanjutkan ke analisa selanjutnya. Susunan dan urutan analisa Aspek-aspek mulai dari Aspek Pasar, Pemasaran, hingga Aspek Keuangan, Resiko, dan Pol-Ek-Sos-Bud-Lingkungan, telah disusun sesuai dengan tahapan analisa.
    – Setelah satu aspek dianalisa, dan “Layak” maka dapat dilanjutkan ke Aspek berikutnya. Jika “Tidak Layak”, maka review ulang, atau bisnis tersebut dapat berkesimpulan akhir pada “Tidak Layak”.

    Seluruh aspek perlu dianalisa, dengan urutannya. Kita tidak dapat hanya menggunakan analisa SWOT saja, sebab itu hanya salah satu analisa pada Aspek Pemasaran.

    Kesimpulan akhir “Layak” / “Tidak Layak” nya suatu bisnis / proyek, juga tergantung dari tendensi / kecenderungan / semangat dari analisnya. Jika Analis seorang yang Optimis, dan Risk-Taker, maka analaisa kencederungan besarnya akan berakhir dengan kesimpulan “Layak”. Jika analis-nya seorang pesimis, dan Risk-Averse, cenderung menghindari resiko sekecil apapun/ pasif, maka kesimpulannya akan cenderung menjadi “Tidak Layak”.

    Terima kasih. Any ideas / komentar ?

    Balas
  • 5. Tasha  |  November 11, 2008 pukul 3:36 pm

    Pak, saya boleh tau email bapak? soalnya saya dapet email dari UK yang dia mau invest di Indonesia, saya bingung mau tanya siapa, tapi akhirnya saya tau harus bertanya ke bpk.. karena saya mau lampirkan isi email dari investor tsb pak, terimakasih banyak pak..

    Balas
  • 6. rizkysupriadi  |  November 13, 2008 pukul 6:32 am

    email saya : rizky_supriadi@yahoo.com

    Balas
  • 7. uki  |  Maret 10, 2009 pukul 5:57 pm

    pak,saya mau tanya mengenai investasi reksadana? bagaimana prospek investasi ini menurut bapak, karena saya mulai tertarik untuk berinvestasi reksadana tetapi belum cukup pengetahuan mengenai investasi ini, adakah saran2 untuk saya mengingat modal saya yang tidak begitu besar jadi instrumen reksadana apa yang sebaiknya saya pilih? terima kasih…

    Balas
    • 8. rizkysupriadi  |  Maret 10, 2009 pukul 6:17 pm

      rizkysupriadi :
      Prospek investasi reksadana insyaAllah akan terus baik mas.
      Jika kondisi ekonomi diperkirakan akan bagus, begitu pula dengan perkiraan hasil return investasi reksadana (berbanding lurus dengan ekspektasi pasar terhadap ekonomi).
      Saran Saya :
      (1) Pelajari dengan serius dan sedalam-dalamnya mengenai investasi reksadana ini.
      (2) Pelajari tentang produk reksadana, penerbit, detil klausulnya, dan lain-lain sedalam-dalamnya.
      (3) Pilihlah jenis produk investasi (apapun) yang sesuai dengan tipe kepribadian Anda, termasuk jenis resiko maksimum yang dapat Anda terima.
      (4) Pikirkan resikonya dulu, return belakangan.
      (5) Money management (jangan serakah, dan bagi investasi Anda ke beberapa instrumen, jangan taruh dalam satu jenis investasi). Reksadana dihitung 1 jenis investasi, walaupun banyak macam dan ragamnya.
      (6) Disiplin pada fakta, jangan mengikuti hawa nafsu dan serakah.

      lain-lainnya, perbanyaklah dan teruslah belajar, mengikuti berita, baca buku, ikuti seminar, dan seterusnya.
      Good luck !

      Balas
  • 9. uki  |  Maret 15, 2009 pukul 7:59 pm

    terima kasih tanggapannya,
    saya mau bertanya lebih lanjut,bagaimana untuk reksadana syariah sendiri apa lebih prospektif dari yg konvensional? jika saya ingin berinvestasi reksadana syariah dimana di surabaya ini yang benar2 terpercaya?

    Balas
    • 10. rizkysupriadi  |  Maret 16, 2009 pukul 5:02 am

      Wah, kalo ini sama dengan pertanyaan : “Sebaiknya investasi di mana ?” atau “Sebaiknya beli saham apa ?”.
      Untuk ini, sebaiknya lebih banyak belajar ke pakar / ahli investasi.
      Saya tidak berani menjawab secara explicit, sebab semua resiko di tanggung investor (Anda).
      Prinsipnya :
      (1) Reksadana Syariah tidak mengkoleksi instrumen-instrumen investasi (seperti saham, obligasi, dll) yang bertentangan dengan prinsip Syariah, semisal : saham perbankan (bunga=riba), obligasi (diganti sukuk), saham perusahaan minuman keras.
      (2) Jika Anda merasa bisnis Perbankan prospektif ke depannya, maka konvesional lebih baik kinerja returnnya dibandingkan Syariah.

      Untuk membeli Saham, sebaiknya untuk awal, beli dari Bank (sebagai agent penjual). Tetapi tetap, dipelajari dengan seksama klausul-klausul dalam kontraknya, dan dipelajari benar-benar :
      – manajer investasi yang menerbitkan reksadana.
      – resiko terburuk yang bisa terjadi pada dana Anda.
      – hak dan kewajiban Anda, manajer investasi, bank agent penjual.
      – ketentuan-ketentuan lain terkait dengan reksadana tersebut.
      – dll

      Tetap ingat, semua investasi pasti ada resikonya. Resiko terburuk adalah total lost (hilang 100%). Kuncinya adalah hati-hati dan money management (jangan taruh telur dalam 1 keranjang : alat investasi, harus dibagi-bagi).

      Selamat mencoba !

      Balas
  • 11. lydia wiguna  |  April 30, 2009 pukul 12:29 pm

    selamat siang pak. saya ingin mencoba investasi membuka tempat pemancingan yang pasti disertai dengan tempat makan dengan suasana pedesaan.kalau menurut bapak dari aspek pasar dan pemasaran hal ini menjanjikan atau tidak dan bagaimana cara melihatnya.terima kasih

    Balas
    • 12. rizkysupriadi  |  Mei 4, 2009 pukul 9:36 pm

      rizky supriadi :
      Secara sekilas, dari aspek pasar dan pemasaran cukup baik.
      Alasan :
      – Asumsi lokasi di Surabaya, banyak penduduk Surabaya yang senang makan, termasuk juga menu ikan.
      – Untuk lebih akurat lagi, coba lakukan survey di sekitar lokasi akan dibuatnya tempat makan dan pemancingan itu.
      Cari tahu, berapa jumlah penduduk sekitar, yang kira-kira berminat untuk membeli / makan di tempat Anda.

      Pertimbangan utama suatu Bisnis / Proyek dapat dikatakan LAYAK dari Aspek Pasar dan Pemasaran adalah :
      – dari Sisi Penawaran, proyek/ bisnis tidak/ belum jenuh.
      – dari Sisi Permintaan, proyek/ bisnis masih relatif tinggi dan cenderung meningkat di masa depan.
      – dari Sisi Pasar, proyek/ bisnis memiliki pasar potensial yang relatif besar dan pangsa pasar yang menjanjikan.
      – dari Sisi Strategis, produk, harga, sistem distribusi, promosi, dan pelayanan memiliki keunggulan dibandingkan dengan usaha sejenis yang sudah ada.
      – dari Sisi Perencanaan Strategis, proyek/ bisnis ini mendukung strategi keseluruhan perusahaan.

      Jika seluruh pertimbangan di atas dapat terpenuhi dengan baik, maka bisnis tsb dapat dikatakan LAYAK dari Aspek Pasar dan Pemasaran.

      Saran terakhir saya, seluruh analisa SKB Anda akan sangat terpengaruh hasil akhirnya, oleh mindset dan pengharapan Anda akan Layak / Tidak Layaknya suatu bisnis yang sedang Anda analisa. Jika Anda tetap open mind dan optimis, maka bisnis tsb besar kemungkinannya untuk layak. Begitu pula sebaliknya.

      Selamat Melakukan Analisa lebih dalam lagi !

      Balas
  • 13. Me  |  Maret 29, 2010 pukul 5:31 pm

    salam…
    pak, saya ingin mengetahui bagaimana memulai bisnis supermarket… sy ingin mengubah bisnis konvensional keluarga saya menjadi bisnis yg memiliki sistem sehingga tidak perlu lagi bekerja full time disana. terima kasih atas jawabannya

    Balas
    • 14. rizkysupriadi  |  Maret 30, 2010 pukul 10:14 am

      silahkan Anda merancang sistem supermarket itu, dengan cara menyusun Laporan Study Kelayakan Business, dan Standard Operating Procedures. Jika belum mengetahui sistem supermarket yang baik, kita bisa banyak bertanya dan belajar kepada manajer / pemilik supermarket yang sudah berhasil, menggunakan jasa konsultan, atau membeli franchise. Bisa juga, jika Anda mau banyak bertanya kepada orang yang sudah berhasil, maka kita tinggal men-contoh sistem mereka.
      Semoga berhasil !

      Balas
  • 15. Hanif Faisal Ramly  |  April 25, 2013 pukul 9:49 pm

    Bapak saya mau bertanya
    Saya sudah beberapa kali menjalankan bisnis. Sempat buka tutup. ada jg yg msh berjalan

    Buka tutup di sini buat saya bertanya2 apa krna jiwa muda yg msh labil atau memang ada kendala.

    Yang mau saya tanyakan waktu menjalankan bisnis (terutama Start-Up) apakah ada pengukurannya bhwa bisnis yg dijalankan berpotensi baik atau tidak berpotensi?
    kalau dari seminar motivasi bisnis kan selalu bilangny jangan menyerah, ttap yakin, dll.
    Lha apakah kalau kita harus terus yakin tetapi dr pengukuran sbenarny tidak berpotensi bisnis tsb stlh dijalankan bbrapa bulan/tahun.

    Jadi krg lbh pertanyaan saya apakah ada pengukuran di mana bisnis StartUp itu berpotensi/tidak (mgkn pengukuran berupa kinerja stlh bbrapa bulan/tahun, dll)? daripada terus2 memaksa merasa Yakin akan sukses tetapi dr segi pengukuran tidak potensi.

    Terima Kasih Bapak
    Semoga jawaban dr bapak dpt mmbantu saya dan juga teman2 pelaku bisnis StartUp atau yg mau mulai

    Balas
    • 16. rizkysupriadi  |  April 26, 2013 pukul 8:53 pm

      Pertimbangan utama dari Aspek Pasar dan Pemasaran :
      1.Sisi Penawaran, proyek/ bisnis tidak/ belum jenuh.
      2.Sisi Permintaan, proyek/ bisnis masih relatif tinggi dan cenderung meningkat di masa depan.
      3.Sisi Pasar, proyek/ bisnis memiliki pasar potensial yang relatif besar dan pangsa pasar yang menjanjikan.
      4.Sisi Strategis, produk, harga, sistem distribusi, promosi, dan pelayanan memiliki keunggulan dibandingkan dengan usaha sejenis yang sudah ada.
      5.Sisi Perencanaan Strategis, proyek/ bisnis ini mendukung strategi keseluruhan perusahaan.

      Jika dari kelima sisi di atas, menurut Anda usaha tersebut memenuhi, maka silahkan dilanjutkan. Tetapi jika sudah tidak memenuhi kelima sisi tersebut, maka sebaiknya ditutup saja usaha tersebut.

      Balas
      • 17. hanif faisal ramly  |  Desember 26, 2013 pukul 4:12 am

        Terima Kasih Bapak. Sukses Selalu utk Bp. Rizky

Tinggalkan Balasan ke Bima Batalkan balasan

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed